Tim Balap Astra Honda Akui Regulasi Baru ARRC 2024 Cukup Merugikan

Tim Balap Astra Honda Akui Regulasi Baru ARRC 2024 Cukup Merugikan
Tim Balap Astra Honda Akui Regulasi Baru ARRC 2024 Cukup Merugikan

Autogear.id – Gelaran FIM Asia Road Racing Championship (ARRC) 2024 Seri 4 di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, beberapa waktu lalu diwarnai regulasi baru. Aturan main yang baru ini berlaku untuk kelas Asia Production (AP) 250.

Secara detail, aturan tersebut mengatur pemangkasan batasan RPM tertinggi sebesar 200 RPM. Hal ini berlaku apabila total poin pembalap juara pertama ARRC 2024, pada klasemen sementara kejuaraannya, memiliki gap 25 poin dari pembalap posisi 5 ke atas pada salah satu seri.

Pemangkasan RPM tersebut akan berlaku di seri berikutnya dan begitu seterusnya. Gap poinnya akan bertambah terus pada setiap seri, per 25 poin. Misalnya pada ARRC 2024 seri Motegi, Jepang, berlaku 25 poin, lalu seri Mandalika berlaku 50 poin dan seterusnya.

Sewaktu seri Motegi, Jepang, Juni lalu, pembalap Astra Honda Racing Team (AHRT) Herjun Atna Firdaus dan M. Kiandra Ramadhipa terkena imbas regulasi ini. Keduanya harus mengalami pemangkasan 200 RPM dari limit tertinggi Honda CBR250RR pada tunggangan mereka, yang sebesar 13.500 RPM.

Sehingga ketika bertarung di ARRC 2024 Seri Mandalika kemarin, RPM motor Herjun dan Ramadhipa harus “dicekik”, diseting ulang menjadi 13.300 RPM. Alhasil, tunggangan masing-masing pembalap muda bertalenta tersebut seperti “ngos-ngosan” menghadapi sirkuit kebanggaan masyarakat Indonesia ini.

Exit Corner Tidak Responsif!

Diutarakan Herjun yang mengaku berat dengan adanya regulasi baru pemangkasan RPM ini. Dia merasakan akselerasi motornya berkurang jauh, dan harus mengorbankan putaran bawahnya. “Exit corner (keluar tikungan) begitu terasa, karena harus memakai sprocket dengan rasio yang lebih kecil. Untuk mengejar supaya tidak limiter di putaran atasnya. Namun dengan begitu motor relatif lebih pelan, exit corner jadi tidak responsif,” keluhnya.

Sementara Ramadhipa menambahkan apa yang disampaikan Herjun, kalau regulasi baru ini juga dirasakan cukup berat. Dia akui mereka memang harus mengecilkan rasio sprocket, sehingga power bawah menjadi kurang. “Memang bobot tubuh saya lebih ringan dibandingkan Herjun. Tapi itu hanya menguntungkan di putaran atas. Tetap saja ketinggalan di putaran bawah,” imbuhnya.

Apa Alasan FIM Asia Terkait Regulasi Baru?

Menyikapi kondisi tersebut, Manager Motorsport Dept. PT Astra Honda Motor (AHM) Rizky Christianto mengatakan, gaung perubahan regulasi sebenarnya menggema pada ARRC 2023. Dimana banyak orang menilai Astra Honda terlalu dominan pada saat itu. Sampai akhirnya di final kejuaraan menempati posisi 1, 2 dan 3.

“Walaupun beberapa kali sempat saya beri alasan, menang itu bukan hanya performa motor, melainkan kerja sama tim. Makanya namanya Racing Team. Rider yang bisa membawa motor kencang, juga bisa menjadi salah satu faktor untuk menang,” tukasnya.

Rizky tidak mengerti, apakah FIM Asia punya pertimbangan entertainment, politik atau alasan lain. Namun yang pasti, regulasi yang mulai berlaku pada ARRC 2024 ini, terkait pemangkasan RPM cukup merugikan Honda.

“Sebenarnya bukan hanya pemangkasan RPM yang merugikan. Adanya regulasi yang mengizinkan (tim merek lain) menggunakan motor 321cc dan motor 4-silinder juga merugikan tim Honda yang hanya 249cc,” ungkapnya di Sirkuit Mandalika, beberapa waktu lalu.

Solusi Menambah Berat Gear

Kendati demikian, lanjut Rizky semua halangan tadi AHRT anggap sebagai tantangan untuk bisa tetap menunjukkan performanya. “Mau tidak mau kami akan tetap mengikuti regulasi. Namun kami akan terus adjust di internal kami untuk mencari solusinya,” pungkasnya.

Ternyata apa yang dilakukan tim AHRT membuahkan hasil. Karena pada Race 2 Kelas AP250, Ramadhipa pembalap muda dengan nomor start 212 berhasil menyabet podium kedua, meskipun dengan RPM yang dipangkas.

Menurut Rizky, timnya coba mengakali untuk mempercepat di cornering dengan menambah berat gear. Supaya secara speed bisa lebih kencang. Meskipun lebih berisiko, dimana motor akan lebih miring dan kemungkinan sliding jauh lebih besar. “Untungnya Ramadhipa bisa menyiasatinya. Seperti kami katakan, untuk bisa menang bukan hanya dari sisi motor, rider dan kerja tim juga berpengaruh,” pungkasnya.


(uda)