Autogear.id – Banyak yang mempertanyakan, ketika nanti Indonesia ganti presiden, bagaimana nasib merek-merek kendaraan listrik yang salah satunya adalah BYD? Sebab, kebijakan ekosistem elektrifikasi, dalam hal ini kendaraan listrik, gencar di era pemerintahan Jokowi.
Dua periode bertengger menjadi orang nomor satu di Indonesia, sejumlah kebijakan Jokowi seakan begitu memanjakan merek-merek kendaraan listrik di tanah air. Satu di antaranya adalah kebijakan terkait insentif, subsidi untuk harga jual kendaraan listrik.
Namun sebentar lagi pucuk kekuasaan akan dipegang oleh Prabowo, sebagai Presiden Republik Indonesia terpilih. Pertanyaan besar muncul, akankah pemerintahan Prabowo bakal meneruskan sejumlah kebijakan yang telah dijalankan Jokowi, tentang elektrifikasi tersebut?
Menyikapi hal itu, Build Your Dream alias BYD, merek mobil listrik asal Cina yang di Indonesia dipasarkan oleh PT BYD Motor Indonesia, tetap optimistis. Produsen kendaraan yang berkomitmen hanya bermain di ranah elektrifikasi ini yakin, pemerintahan Indonesia ke depan akan tetap mendukung pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik.
“Investasi BYD di Indonesia berbasis investment dan manufaktur. Kita juga mengikuti program insentif yang diberikan pemerintah, untuk mempercepat transformasi elektrifikasi. Beberapa negara yang kami masuki, salah satu faktor utama mereka bisa mempercepat transformasi elektrifikasi adalah manajemen yang cukup baik dari pemerintahnya,” urai Head of Marketing, PR & Government BYD Indonesia, Luther T Panjaitan, usai peresmian 9 dealer BYD Arista di Sumarecon Bekasi, Senin (7/10/2024).
Artinya, kata Luther, pemerintah bertanggungjawab terhadap keberlangsungan elektrifikasi. Beberapa paket kebijakan seperti insentif, tax holiday, diskusi secara B to B kerap dilakukan, termasuk di Indonesia. Kunci keberhasilan dari beberapa negara tersebut adalah konsistensi dari sisi kebijakan pemerintah.
Luther akui, dia melihat betul bagaimana pemerintah Indonesia sangat serius. Dan itu adalah hal yang sangat baik. Dimana ada pengurangan subsidi bahan bakar, penurunan emisi karbon di Indonesia, demi mewujudkan masa depan yang lebih baik untuk generasi selanjutnya.
“Pergantian pemerintahan menurut kami bukan suatu alasan untuk mengganti kebijakan yang sudah ada. Malah keinginan kami terus berkonsolidasi, untuk membuat adanya peningkatan dan pengembangan kebijakan yang lebih baik, supaya semakin lebih cepat lagi,” jelasnya.
Jadi lanjut Luther, tidak mungkin kebijakan-kebijakan yang sudah ada saat ini malah dikurangi, bahkan dihilangkan. Mengingat itu semua sudah melalui kajian-kajian internasional. Dengan BYD yang sudah melakukan investasi yang cukup besar di Indonesia, tentunya telah mempertimbangkan hal tersebut. “Termasuk mempertimbangkan pergantian pemerintahan, perubahan kebijakan, segala macam,” ulasnya.
Daya Beli Melemah, Arista Akui Potensi Masih Ada
Terkait melemahnya daya beli masyarakat belakangan ini, Arista mengaku serius dan berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pelanggan. “Kalau dibilang pasarnya melemah, kita tahu potensinya masih ada. Indonesia untuk market total nasional otomotif itu masih cukup besar. Tahun lalu walaupun tidak sampai satu juta unit, tetapi mendekati jumlah tersebut,” kata Director Arista Group, Ali Hanafiah.
Diketahui tahun 2023, bahkan tahun 2024 ini memang terjadi penurunan pasar. Kendati begitu Arista yakin dan confidence bisa mendapatkan pangsa pasar yang cukup, untuk bisa membuat bisnis mereka visible dan menghasilkan profit.
“Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan adalah salah satu strategi yang diterapkan Arista. Melihat jaringan kita tersebar, pastinya membuat orang semakin percaya diri untuk membeli EV,” terang Ali.
Apalagi menurutnya, untuk EV di Indonesia peluangnya masih sangat besar. Market EV di Indonesia kontribusinya masih kecil. Sehingga berpeluang untuk BYD membuat kontribusinya membesar. “Hadirnya BYD dengan varian produk yang sesuai segmentasi market yang ada di Indonesia, membuat kami bisa merebut pangsa pasar yang baik,” tukasnya.
(uda)