Autogear.id - Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih tergolong tinggi. Berdasarkan data BPS pada 2019, terjadi 116.411 kasus kecelakaan berkendara di jalan. Dengan korban mencapai 175.488 jiwa. Dimana dari angka tersebut 14,6 persen meninggal dunia, lalu 7,1 persen luka berat, dan 78,3 persen luka ringan.
Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Vehicle Safety Course yang berlangsung di kampus Politeknik APP, Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (16/3/2023). Sebuah kegiatan yang diinisiasi oleh ASEAN NCAP (New Car Assessment Program), didukung Malaysian Institute of Road Safety Research (MIROS). ASEAN NCAP sendiri merupakan program penilaian mobil baru yang kesembilan di dunia.
Melakukan penilaian independen terhadap kinerja keselamatan mobil penumpang yang dijual di kawasan ASEAN. Tujuan dari ASEAN NCAP adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan standar keselamatan kendaraan dan sistem penilaian di kawasan Asean. Faktor penilaian dari ASEAN NCAP meliputi perlindungan penumpang dewasa, perlindungan penumpang anak, bantuan keselamatan, dan keselamatan pengendara motor.
Kendaraan baru hasil produksi pabrikan di Asia tersebut akan dilakukan test crash atau uji tabrak oleh ASEAN NCAP. Dalam hal ini uji benturan dari depan dan samping. Untuk mengetahui seberapa tahan unit mobil tersebut terhadap benturan, bila terjadi kecelakaan.
Baca Juga:
Siap Dirakit Massal di Indonesia, Apakah Harga Omoda 5 Bakal Lebih Murah?
"Unit mobil biasanya kami isi manekin, untuk mengetahui dampak benturan terhadap pengemudi dan penumpang. Kecepatan uji benturan biasanya maksimal 50 km/jam. Diuji benturan dari depan dan samping," kata ASEAN NCAP Technical Committee, Adrianto Sugiarto Wiyono di lokasi yang sama.
Dia menambahkan, untuk pengujian ASEAN NCAP belum melakukan uji berguling atau benturan dari belakang, seperti NCAP Eropa. Tapi nantinya bisa saja itu dilakukan seiring perkembangan dan kebutuhannya.
“Bahkan kami sedang mempersiapkan untuk uji benturan unit motor baru. Walaupun prosesnya mungkin masih lama. Malaysia saja baru melakukan sekitar tiga unit motor untuk uji benturannya,” ungkap Rian sapaan akrabnya.
Dalam kegiatan Vehicle Safety Course yang diinisiasi oleh ASEAN NCAP ini selain disokong Politeknik APP, juga didukung merek-merek otomotif ternama. Seperti Honda, Toyota, Nissan, Bosch, Autoliv, Karya Fajar Ultima (KyFU/baca:kaifu), CDC Politeknik, dan Mediakoe. Begitupula dukungan dari Kementerian Perhubungan, serta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Baca Juga:
Tak Boleh Sembarangan Isi Solar Subsidi, Wajib Scan QR Code
Semua pendukung acara menyampaikan materi menyangkut keselamatan berkendara. Seperti Honda yang memaparkan keunggulan teknologi Image of LaneWatch dengan audio display yang terdapat pada WR-V, untuk mencegah risiko blind spot bagi pengendara mobil.
Lalu mobil listrik Toyota BZ4-X yang mengusung teknologi beberapa titik sensor pada bodinya. Sehingga ketika ada kendaraan lain masuk radius daya jangkau risiko benturan dengannya, mobil ini akan berhenti. Namun sebelumnya, sensor akan memberitahu pengemudi melalui indikator di dalam kabin mobil.
Ada juga Bosch, merek pendukung otomotif asal Jerman yang memperkenalkan teknologi produk buatan mereka. Teknologi Bosch ini membantu pengemudi, ketika tidak melihat objek kendaraan di depannya lantaran tertutup kabut asap misalnya.
Sensor pada teknologi tersebut dapat menembus ketebalan kabut asap, melalui bantuan satelit. Sehingga pengemudi akan mendapatkan pemberitahuan lewat monitor di dalam kabin, apakah ada kendaraan lain atau tidak di depan kendaraannya. Dan masih banyak lagi ulasan seputar teknologi keselamatan berkendara dari pendukung acara.
(uda)