Autogear.id: Pandemi Covid-19 menghadirkan banyak fenomena baru. Himbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah serta kampanye Work From Home (WFH) membuat jalanan ibukota sepi alias lengang.
Nah, jalanan sepi memang menjadi pemandangan langka bagi kaum urban. Hal ini membuat pengendara bisa leluasa untuk memacu kecepatan karena menganggap jalanan yang kosong aman buat ngebut.
Faktanya, stigma seperti ini sepenuhnya salah. Founder dan Direktur Safety Defensive Consulting Indonesia (SDCI), Sony Susmana menjelaskan justru semakin sepi jalanan maka semakin besar bahaya yang mengancam.
"Hilangkan stigma jalan sepi berarti kondisi aman, justru sebaliknya. Semakin sepi harus makin waspada karena banyak yang berfikiran sama pada umumnya. Banyak yang ngebut dengan alasan macam-macam, banyak juga yang belajar nyetir, dan lain-lain," terang Sony kepada Autogear.
Artinya, hampir semua orang memiliki pola pikir sama. Sehingga realitasnya kondisi jalanan memang sepi, namun semua penggunanya melaju kencang tanpa mempertimbangkan beragam faktor yang bisa terjadi. Ujung-ujungnya ya celaka juga.
"Yang perlu diingat bahwa kita tidak bisa memilih kecelakaan di jalan raya, dari yang minim cidera sampai dengan yang fatal bisa terjadi. Artinya ketika kita sudah berada di jalan, baik itu dengan atau tanpa kendaraan maka kita sudah harus terima resiko cidera akibat kecelakaan."
"Sebagai pengemudi/pengendara dituntut untuk paham tentang keselamatan tapi bukan berarti yakin terhindar dari kecelakaaan, karena pemahaman safety pada dasarnya hanya bisa menekan resiko cidera/celaka," beber Sony.
Kecelakaan maut Nissan GT-R di tol Jagorawi, Sabtu (4/4/2020) kemarin bisa menjadi bahan renungan. Kondisi jalan yang mungkin tidak sepadat biasanya membuat pengemudi terangsang untuk mencoba limit kecepatan mobilnya. Alhasil pengemudi kehilangan kendali lalu menabrak pembatas jalan.
Jadi, tetap berhati-hati ya guys. Pikirkan keselamatan Anda dan keselamatan pengguna jalan lain.
(uda)