Asuransi Kendaraan Listrik Tampak Seksi, Tapi Belum Bisa Disentuh

Asuransi Kendaraan Listrik Tampak Seksi, Tapi Belum Bisa Disentuh
Asuransi Kendaraan Listrik Tampak Seksi, Tapi Belum Bisa Disentuh

Autogear.id – Tren penggunaan kendaraan listrik di Indonesia mengalami pertumbuhan. Ekosistemnya terus berkembang seiring waktu berjalan. Jumlah pemain di ranah kendaraan listrik semakin banyak. Sejumlah merek tidak hanya memproduksi satu, melainkan beberapa varian.

Sebut saja untuk kendaraan roda empat yang menggunakan daya baterai penuh, ada merek Wuling, Chery, BYD, Neta, Aion, DFSK, Seres dan BAIC. Kemudian di kendaraan roda dua ada Alva, Polytron, Smooth dan lainnya. Semua berlomba memasarkan kendaraan listrik, dengan alasan mengusung teknologi hijau nan ramah lingkungan.

Kebanyakan merek-merek tersebut berasal dari Negeri Tirai Bambu, Cina. Walaupun ada juga mobil listrik pabrikan asal negara Jepang, seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, Suzuki dan lainnya. Kendati Toyota, Suzuki, Honda dan beberapa lainnya lebih concern mengedepankan teknologi hybrid, perpaduan listrik dan bahan bakar minyak.

Menyikapi pertumbuhan kendaraan listrik ini, sejumlah anggota yang bernaung di bawah Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencoba mengemukakan alasan, untuk menggarap lini asuransi di sektor kendaraan listrik tersebut. Dengan pertimbangan jumlah kendaraan listrik yang dimiliki oleh konsumen di tanah air terus merangkak naik.

Terkait hal itu, Wakil Ketua AAUI Teknik 3, Wayan Pariama mengatakan, pihaknya mengakui pertumbuhan kendaraan listrik memang semakin meningkat. Dibandingkan kendaraan ICE yang cenderung flat, artinya tidak mengalami penurunan juga pertumbuhan. “Kalau di kendaraan listrik, seperti mobil listrik, data yang kami peroleh jumlahnya terus meningkat,” ucapnya.

Tetapi menurutnya, berdasarkan data pada industri asuransi dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), data dari industri mobil listrik belum bisa dikumpulkan, untuk dianalisa secara actual. Tetapi dengan perjalanannya selama 1 sampai 2 tahun ini, statistik terlihat lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

“Kita peduli dan memahami, OJK disaat mau membuat tarif (asuransi), itu harus ada dasarnya. Statistiknya musti lima tahun. Karenanya OJK mengatakan jangan dulu, kalian pelajari dulu. Tinggal ya diskonnya jangan dibanyak-banyakin aja. Tarifnya cukup, asal jangan banyak diskon aja,” katanya.

Lanjut lelaki yang hobi bersepeda ini, jadi kalau industri (kendaraan listrik) ini ujug-ujug, atau tiba-tiba dikatakan mau naik premi. Maka wajar saja jika OJK mengatakan jangan dulu, pelajari lebih dulu. “Karena memang OJK kan jagain semua pihak, makanya dikatakan seperti itu,” tukasnya.

Secara teknologi, dijelaskan kalau mobil listrik lebih sederhana. Sejumlah komponen atau suku cadang yang semula terdapat di kendaraan ICE, sudah tidak ada di mobil listrik. Boleh dikatakan, kalau tabrakan bagian depan-depan saja, mungkin mobil listrik tidak apa-apa. “Kecuali kalau sampai kena baterai, misalnya, hanya saja datanya lagi terus kita kumpulkan,” terang Wayan.

Lebih lanjut dia katakan, mengait dengan acara gathering di Bali nanti, untuk tarif asuransi dan regulasi kendaraan listrik, sepertinya tidak keburu untuk diputuskan pada tahun 2024. “Tahun ini sepertinya tidak sempat, karena waktunya tinggal sedikit, sampai akhir tahun,” pungkasnya.


(uda)