Autogear.id - Suksesnya pagelaran balap MotoGP di Mandalika pekan lalu yaitu 18-20 Maret 2022, jadi momen rasa percaya diri Indonesia untuk menggelar ajang balap bergensi lainnya seperti Formula 1. Terlebih tajuk tersebut pernah disampaikan oleh Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat, Bambang Soesatyo, pada Oktober tahun lalu.
Apabila penyelenggaraan MotoGP berjalan dengan sukses, kemungkinan besar Sirkuit Mandalika nantinya akan diproyeksikan untuk menggelar balapan 'jet darat' Formula 1. Hal ini pun selaras dengan keinginan Presiden Joko Widodo. Bamsoet mengaku kalau Presiden pernah menyampaikan langsung keinginannya agar Sirkuit Mandalika juga bisa ikut menjadi tuan rumah balap F1.
"Presiden Jokowi menyampaikan ke saya kalau MotoGP nanti berlangsung dengan baik maka tidak menutup kemungkinan Mandalika akan dijadikan sirkuit Formula 1," kata pria yang akrab disapa Bamsoet itu.
Penyelenggaraan F1 di Mandalika, tentunya tetap bergantung pada banyak aspek. Seperti kesiapan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika untuk menyesuaikan kriteria dari penyelenggara F1, hingga biaya yang harus dikeluarkan untuk bisa menjadi tuan rumah. Adapun peluang untuk bisa menyelenggarakan balapan F1 diperkirakan bisa terwujud pada tahun 2024 mendatang.
Baca Juga:
All New Macan Dirilis, Harga Mulai Mulai Rp1,7 hingga Rp2,65 Miliar
Royalti F1 Lebih Mahal Dari MotoGP, Realistiskah?
Jika nantinya Indonesia dan Federation Internationale de l'Automobile (FIA) menyetujui gelaran F1 dilangsungkan di Sirkuit Mandalika pada 2024, penyelenggara harus siap merogoh kocek hingga Rp1 triliun dalam sekali menggelar ajang balap Formula 1. Bagaimana rincian perhitungan angka yang sangat fantastis ini?
Meski nilai kontrak alias commitment fee F1 bersifat rahasia dan berbeda-beda, dikutip dari Forbes, dalam sekali menggelar balapan F1 rata-rata promotor balapan harus menggelontorkan dana sebesar US$ 40 juta atau sekitar Rp575 miliar untuk menggelar satu kali balap. Biaya ini belum termasuk anggaran untuk penyelenggaraan tiga hari balapan ditambah persiapan lainnya, totalnya bisa mencapai Rp 1 trilliun.
Sebagai salah satu gambaran di wilayah Asia Tenggara adalah Vietnam. Negara dengan ibukota Hanoi ini tercatat sempat ingin menggelar balapan F1 pada 2020 dengan kontrak sebesar US$ 42,9 juta atau setara Rp. 587 miliar. Meski pada akhirnya Grand Prix Vietnam batal dihelat akibat pandemi Covid-19 dan isu korupsi disana.
Adapun negara-negara lainnya seperti, Rusia, Azerbaijan, Bahrain dan Uni Emirat Arab diketahui harus membayar commitment fee lebih besar, yakni Rp821 miliar sekali balapan dan tiap tahunnya mengalami kenaikan.
Baca Juga:
Wow, CBR1000RR-R Fireblade SP Edisi Spesial Ini Harganya Rp1 M
Fakta ini diakui oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Zulkieflimansyah, yang menyebut untuk menjadi tuan rumah balapan F1, dibutuhkan biaya yang sangat besar. Zulkiefli tidak bisa menyebutkan berapa besaran yang harus digelontorkan, karena yang mengeluarkanya adalah pemerintah pusat sendiri sama seperti MotoGP.
Diluar itu, Gubernur mengaku bahwa Sirkuit Mandalika sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat sebagai tuan rumah F1. Tinggal nanti bagaimana pembahasan kontrak dengan pihak FIA. “Commitment fee-nya yang besar, lebih mahal dari MotoGP. Kita tidak tahu pasti berapa besarannya, karena itu negera yang akan mengeluarkan. Ya kalau dihitung dari penyelengaraan nggak mungkin dengan uang tiket bisa menutupi,” tandas gubernur, saat diwawancarai (15/2) lalu.
Dalam penyelenggaraan MotoGP Mandalika, uang yang dibayarkan ke Dorna selaku promotor berjumlah 9 juta Euro (Rp 146 miliar), sementara untuk gelaran WSBK bahkan hanya sekitar Rp 49 miliar. Apabila ditambah biaya penyelenggaraan, jumlahnya tentu tak akan sebesar F1. (StoryBuilder: Narendra WK)
(uda)