Autogear.id - Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam membuka pameran GAIKINDO Jakarta Auto Week (GJAW) 2023, menegaskan bahwa penerapan bahan bakar ramah lingkungan sudah diterapkan dalam beberapa tahap. Mulai 20 Maret 2023, tahap selanjutnya bakal dilakukan dengan menerapkan standar bahan bakar untuk mesin diesel sebesar B35.
Meski tantangan secara teknisnya juga tak mudah karena berbagai isu yang mengikuti, namun Airlangga memaparkan banyak hal yang jadi pertimbangan pemerintah untuk membawa bahan bakar yang lebih ramh lingkungan tersebut. Setidaknya menurut Airlangga terdapat 3 keuntungan besar yang bisa didapat.
"Penerapan B35 ini selain menjadi angin segar bagi kemandirian sektor energi tanah air juga memiliki banyak manfaat atau keuntungan, salah satunya menghemat devisa sebesar US$10,75 miliar atau sekitar Rp161 triliun pada 2023. Hal kedua adalah meningkatkan nilai tambah industri hilir sawit sebesar Rp16,76 Triliun. Kemudian yang ketiga adalah diproyeksikan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2," papar Airlangga.
Ia melanjutkan bahwa ini adalah proses yang harus dijalani. Terlebih untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi menuju transisi energi yang merata dan berkeadilan, Pemerintah terus berkomitmen mendorong penggunaan energi baru terbarukan, salah satunya melalui penerapan Program Mandatori Biodiesel sejak 2014. Biodiesel merupakan campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis minyak sawit dengan bahan bakar minyak diesel.
Baca Juga:
Pameran GJAW 2023 Resmi Dibuka, Kendaraan Baru Kunci Pendorong Ekspor
Selama kurun waktu tujuh tahun terakhir, tingkat pencampuran biodiesel terus ditingkatkan dari 15 persen (B15) pada 2015, 20 persen (B20) pada 2016, dan 30 persen (B30) pada tahun 2020. Sebagai wujud nyata komitmen Pemerintah dalam mempercepat transisi energi inklusif dan berkelanjutan, mulai 1 Februari 2023 tingkat campuran mandatori biodiesel sudah dinaikkan menjadi 35 persen (B35).
"Pemerintah mendorong BUMN seperti Pertamina dan PLN untuk menggunakan produk yang lebih sustainable dan mendorong ini menjadi Key Performance Indicator dari para Direksi yang bergerak di bidang energi. Berkaca dari implementasi B30 pada 2022, mampu menghemat devisa sekitar USD 8,34 miliar atau setara lebih dari Rp122 triliun. Program B30 juga menyerap tenaga kerja lebih dari 1,3 juta orang serta pengurangan emisi Gas Rumah Kaca sekitar 27,8 juta ton CO2."
Pencapaian inilah yang ingin terus dikembangkan dengan mendukung perubahan sistem bahan bakar yang lebih baik. Dan ini menjadi tantangan besar bagi APM yang memang bergerak di bidang kendaraan komersial atau niaga yang menggunakan bahan bakar diesel.
(uda)