Industri Otomotif

Seberapa Efektif Insentif di Industri Otomotif?

Seberapa efektif pemberian insentif di industri otomotif nasional? GAIKINDO dan Kemenperin angkat bicara. AG-Uda
Seberapa efektif pemberian insentif di industri otomotif nasional? GAIKINDO dan Kemenperin angkat bicara. AG-Uda

Autogear - Industri otomotif dianggap jadi salah satu penunjang pertumbuhan ekonomi yang cukup besar di Indonesia. Namun beberapa tahun terakhir penjualan industri otomotif nasional, mengalami penurunan yang cukup signifikan. 

Pemberian insentif dalam industri otomotif pun, terlihat cukup ampuh. Hal ini sanggup membuat lonjakan kembali penjualan otomotif di masa pandemi. Menurut Sekretaris Umum GAIKINDO, Kukuh Kumara dalam sesi diskusi 'Menakar Efektivitas Insentif Otomotif' bersama Forum Wartawan Industri (Forwin) pada hari ini, Senin (19/5/2025), bahwa insentif yang diberikan itu sangat efektif.

"Kalau Kita lihat secara angka, potensial lost pemberian insentif dengan kenaikan angka penjualan kendaraan di masa pandemi, itu cukup berhasil. Industri otomotif nasional bisa bangkit dan ternyata itu membuat daya beli masyarakat juga jadi lebih baik," ujar Kukuh Kumara di Gedung Kementerian Perindustrian RI.

Kukuh juga menegaskan bahwa kondisi saat ini agak berbeda dengan kondisi di masa pandemi. Maka pemberian insentif untuk kondisi penurunan daya beli masyarakat ini harus benar-benar dilihat dari berbagai aspek. Jangan sampai pemberian insentif ini justru tidak efektif di kondisi serba efisiensi ini.

Baca Juga:
Begini Cara Ducati Motivasi Para Pengguna Multistrada

Hal ini juga diakui dengan lantang oleh perwakilan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Tunggul, menegaskan bahwa pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan insentif.

"Target dari sisi pemerintah untuk industri otomotif Nasional, adalah tetap bisa melakukan akselerasi. Pemberian insentif yang sudah berulang kali diberikan untuk industri otomotif, memang sudah terlihat sukses. Regulasi insentif pun akan tetap dijalankan untuk kendaraan seperti LCGC, BEV dan Hybrid," ujar Tunggul di momentum diskusi yang sama.

Tunggul melanjutkan bahwa pemberian insentif untuk kendaraan EV untuk kategori CBU, tentu ada kualifikasi yang harus dipenuhi jika ingin tetap berlanjut. Karena ini adalah tahun terakhir pemberian kelonggaran buat EV CBU.

Dari perspektif Peneliti LPEM Universitas Indonesia, Riyanto juga memberikan tanggapan tentang insentif di industri otomotif. Ia menilai bahwa pemberian insentif di momentum yang tepat, itu cukup efektif. Tapi untuk kondisi yang ada saat ini, penurunan penjualan kendaraan di semua segmen, penting untuk dicarikan solusi tepat.

Baca Juga:
Daihatsu Kumpul Sahabat, Temani Kebahagiaan Warga Tangerang di Akhir Pekan

"Kalau Kita berkaca ke beberapa tahun lalu untuk pemberian insentif, perlu diketahui bahwa secara tidak langsung insentif di industri otomotif ini punya multiplier effect. Banyak produsen komponen yang kembali bergerak di momentum sulitnya penjualan mobil di momen pandemi. Tapi untuk kondisi sekarang, penting untuk melihat kembali, mengingat kondisinya sudah berbeda," papar Riyanto.

Ketiganya sepakat bahwa memberikan insentif terhadap industri otomotif di momentum penurunan daya beli akibat kondisi krisis dan dampak kebijakan luar negeri, harus ekstra hati-hati. Termasuk untuk pro-kontra besaran insentif untuk kendaraan hybrid. 


(uda)