Autogear.id – Etanol menjadi isu hangat akhir-akhir ini. Terbaru adalah ketika pemerintah menetapkan, bahan bakar kendaraan di Indonesia wajib mengandung etanol 10 persen. Walaupun pada praktiknya, kewajiban tadi baru diberlakukan sekitar 2-3 tahun lagi.
Alhasil perbincangan semakin ramai, ketika dikatakan sejumlah operator pengisian bahan bakar umum milik swasta, seperti Shell dan Vivo, mundur teratur. Memutuskan untuk tidak jadi membeli base fuel dari Pertamina.
Padahal sebelumnya mereka sepakat, membeli base fuel dari Pertamina. Mengingat stok kuota impor bahan bakar mereka sudah habis sebelum waktunya.
Tidak jadinya operator bahan bakar umum swasta tersebut membeli base fuel dari Pertamina, lantaran dikeluhkan mengandung etanol. Membuat banyak SPBU swasta saat ini masih belum bisa beroperasi.
Lalu apa dampak jika bahan bakar kendaraan atau bensin mengandung etanol? Mengutip pernyataan Nayara Energy, sebuah perusahaan energi asal India, bensin campuran etanol adalah bensin konvensional dicampur etanol dengan prosentase tertentu. Merupakan jenis biofuel terbarukan, dihasilkan dari tanaman seperti tebu, jagung, atau sekam padi.
Sederhananya, bensin ini diperkaya alcohol, untuk meningkatkan karakteristik pembakaran dan mengurangi emisi karbon. Campuran etanolnya bervariasi dari 10 persen (dikenal sebagai bensin E10) hingga tingkat lebih tinggi seperti 20 persen (bensin E20).
Dengan campuran lebih tinggi, menawarkan pembakaran lebih bersih dan nilai oktan lebih tinggi. Pendekatan ini tak hanya berkontribusi pada ketahanan energi India, juga mendukung ekonomi pedesaan. Meningkatkan hasil pertanian dan ciptakan lapangan kerja.
Jenis Bensin Campuran Etanol
1. Bensin E10
Komposisi 10 persen etanol dan 90 persen bensin biasa. Bahan bakar ini tersedia di stasiun pengisian bahan bakar di seluruh India, dan telah menjadi standar sepeda motor atau kendaraan roda empat modern.
E10 menghasilkan pembakaran lebih baik, membantu mengurangi emisi, dan kompatibel dengan sebagian besar kendaraan yang diproduksi setelah tahun 2001.
2. Bensin E20
Terdiri dari 20 persen etanol dan 80 persen bensin. Bensin E20 sedang diluncurkan secara bertahap, dan diperkirakan akan tersedia secara nasional pada tahun 2025.
Namun, penggunaan campuran ini mengharuskan sepeda motor atau mobil dirancang atau dimodifikasi khusus, agar dapat menambahkan etanol ke bensin dalam jumlah lebih besar.
Menjanjikan emisi lebih bersih, nilai oktan lebih tinggi, dan efisiensi mesin lebih baik jika digunakan dengan benar.
Dengan meningkatkan campuran etanol dalam bensin, India bertujuan mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil, dan memperkuat ketahanan energi, sekaligus mendorong penggunaan bahan bakar terbarukan.
Dampaknya Terhadap Mesin Kendaraan?
Menggunakan bahan bakar campuran etanol dapat memengaruhi beberapa aspek performa kendaraan. Pertimbangan utama adalah jarak tempuh bensin campuran etanol. Etanol memiliki kandungan energi sedikit lebih rendah daripada bensin.
Sehingga kendaraan yang tidak dirancang khusus untuk campuran etanol lebih tinggi, mengalami sedikit penurunan jarak tempuh. Biasanya sekitar 3 hingga 4 persen untuk E10, dan sedikit lebih banyak untuk E20.
Meski begitu, mesin modern yang disesuaikan untuk campuran etanol dapat mengurangi kesenjangan jarak tempuh secara signifikan, tetap mempertahankan kinerja dan efisiensi.
Memahami ilmu di balik pencampuran etanol sangatlah penting. Nilai oktan etanol yang lebih tinggi membantu mencegah ketukan mesin, dan mendukung rasio kompresi lebih tinggi. Meskipun kendaraan lama mungkin memerlukan sedikit penyesuaian.
Sebagian besar kendaraan modern dapat menggunakan E10 tanpa mengorbankan kesehatan mesin. Sebaliknya, E20 butuh modifikasi material pada sistem bahan bakar, pengaturan waktu pengapian, juga sistem injeksi bahan bakar yang dikalibrasi ulang, untuk menghasilkan performa puncak.
(uda)