Autogear.id - Pro dan kontra tentang regulasi Formula 1 yang kali ini justru memicu protes dari banyak pihak lantaran seperti memberikan keuntungan tersendiri buat Max Verstappen meraih hasil terbaik. Yaitu keharusan safety car masuk di lintasan di 6 lap menjelang balapan berakhir. Kondisi ini terjadi di seri F1 Monza, Italia akhir pekan lalu yaitu MInggu (11/9/2022).
Di mana saat mobil Daniel Ricciardo berhenti di tepi lintasan dan mengharuskan safety car masuk mengawal 6 lap terakhir. Meski di dua lap terakhir lintasan sudah terlihat bersih dari kendaraan yang menghalangi lintasan, namun safety car tetap mengawal para pembalap hingga menjelang garis finish.
Hal ini sangat berbeda dengan apa yang terjadi di F1 Abu Dhabi sebagai penentu balapan akhir tahun lalu. Dua lap terakhir pembalap di lepas yang akhirnya menguntungkan Verstappen yang berada di urutan kedua dan sudah mengganti kompon ban lunak. Sebaliknya di F1 Monza pekan lalu, Verstappen berada di urutan pertama dan safety car mengawal hingga lap terakhir.
Principal tim Mercedes-GP, Toto Wolff pun angkat komentar soal balapan yang harus finish dalam kondisi safety car di F1 Monza, itu sudah menjadi langkah tepat. Sementara yang dirasakan timnya tahun lalu itu jadi keputusan yang buruk, sehingga jadi polemik besar di akhir musim dan menjelang musim balap 2022.
Baca Juga:
Harga BBM Bikin PO Bus Putar Otak Soal Harga Tarif Angkutan
"Direktur balap pasti akan mendapat kritikan pedas soal ini. Tapi mereka sudah mengambil keputusan yang tepat. Ini sudah sesuai dengan regulasi yang ada. Lantaran memberikan kesempatan untuk restarting hanya 1 lap menjelang balapan berakhir, itu malah terlihat mengakali tim yang punya strategi tepat dari awal menjadi strategi dadakan," papar Wolff.
Namun pendapat Wolff tetap dibantah oleh Principal Tim Red Bull Racing, Christian Horner. Menurut Horner, regulasi ini cukup ambigu, jika pembalap harus mengakhiri balapan di bawah kawalan safety car.
"Seharusnya kita mengakhiri balapan dalam kondisi balapan. Bukan malah berada di bawah kawalan safety car. Toh waktunya juga masih cukup kok, kita punya mobil-mobil yang cepat di lintasan dan kami yakin bisa menyelesaikan balapan tanpa kawalan safety car. Kami pun merasakan kekecewaan besar seperti yang dirasakan oleh fans balap F1 di Monza," imbuh Horner.
Apa pun alasannya, namun jika regulasi menetapkan balapan harus berakhir di bawah kawalan safety car ketika terjadi insiden di 6 lap terakhir, tentu akan sulit diterima. Apalagi seorang pembalap merasa bisa kencang dengan penggunaan kompon tertentu. Tapi regulasi tetaplah regulasi, ini juga harus disepakati bersama oleh semua pihak. Namun tentunya juga tetap mengacu terhadap keselamatan setiap pembalap di sana.
(uda)