Autogear.id - Bisa jadi masih banyak pengguna kendaraan bermotor belum memahami, bagaimana peran busi di dalam mesin. Dijelaskan secara ringkas, busi memberikan aliran listrik untuk membuat bunga api. Kemudian menciptakan proses pembakaran, dari pertemuan oksigen dan bahan bakar.
Dalam edukasi singkat yang dilakukan di salah satu kafe di bilangan Ciputat, Tangerang, Banten, Technical Support PT NGK Busi Indonesia, Diko Oktaviano menyampaikan peran busi sebagai satu dari tiga faktor penting dalam pembakaran.
"Terdapat tiga komponen utama yang harus dijaga di dalam ruang bakar, yakni good air mixture, good spark, dan good air compression. Menilik nomor satu dan tiga, syarat utamanya ruang bakar harus sehat. Lalu peran percikan listrik yang baik dari busi, sebagai satu faktor penting lainnya,” urainya.
Proses Percikan Pada Busi
Sebenarnya, bagaimana sebuah percikan api dari busi bisa tergolong sesuai dalam proses pembakaran? Jika melihat anatominya, bagian ujung busi yang menunjukkan celah dua logam, merupakan sumber percikan api berasal. Kedua bidang tadi merupakan bagian elektroda pusat, dan ground menyerupai bentuk topi di atasnya.
Baca Juga:
Dapat Insentif, Harga United E-Motor di Bawah Rp20 Juta?
Sewaktu busi memperoleh suplai listrik dari kabel penghantar yang tersambung dari aki, maka kedua bagian logam tersebut akan berkolaborasi, menciptakan percikan api. Lalu, percikan tersebut dikatakan sesuai, ketika jarak antara elektroda pusat dan ground sebesar lebih kurang 0,8 mm.
Ketika kendaraan beserta busi di dalam mesinnya terpakai selama ribuan km, maka jarak elektroda pusat dan ground akan berkurang, di mana logam elektroda pusat mengalami erosi. Alhasil mungkin jaraknya bisa menjadi 1,1 mm, mungkin malah lebih. Bila hal tersebut didiamkan, bisa membuat masalah muncul satu per satu.
Risiko Mengabaikan Kerusakan Busi
Timbul pertanyaan yang cukup sering terlontar, apa yang terjadi jika busi tidak diganti dalam waktu yang cukup lama? Dikatakan, busi itu sebetulnya dapat bekerja dengan dukungan banyak komponen.
Saat busi mulai mengalami kerusakan, komponen terdekat bakal terkena imbasnya adalah tutup busi. Hal itu berlanjut, memaksa komponen lain menghasilkan tegangan yang sama. “Ujung-ujungnya adalah si baterai yang akan nge-drop," tukasnya.
Baca Juga:
Mobil Terendam Banjir? Begini Caranya agar Klaim Asuransi Diterima!
Itu baru satu rangkaian masalah yang timbul. Kembali lebih jauh digambarkan oleh Diko, apabila efek celah lebar dari elektroda pusat dan ground busi yang tidak semestinya terjadi, berisiko membuat kerja mesin tidak stabil. Akselerasi turun, susah starter, lalu disadari atau tidak oleh penggunanya, kendaraan akan terasa seperti vampir, alias sedot bensin terus.
"Masalah performa paling mudah dirasakan dikala mengendarai kendaraan melibas jalan menanjak. Dari jauh sudah ambil ancang-ancang, kebut, eh saat posisi di tengah tanjakan, paling mentok kemampuan kendaraan cuma sanggup di 60 km/jam," ujar Diko.
Dampak paling jelek dari kerusakan busi, adalah mesin kendaraan mati mendadak di tengah jalan. Tentunya saja sangat membahayakan, apalagi bila sedang berkendara di lajur cepat, atau di tengah jalan bebas hambatan.
Selaras dengan dijelaskannya, bahwa dari busi dapat mengetahui kendala, atau penyakit dari kendaraan. Maka busi walaupun bentuknya imut, namun bisa berperan lumayan besar sebagai indikator kerusakan pada kendaraannya.
Baca Juga:
Astra Otopart Mainkan Ekosistem Pendukung Elektrifikasi Otomotif
Ya karena itu tadi, banyaknya komponen yang terkoneksi pada busi. Berarti, kalau boleh dibilang, busi itu merupakan komponen yang kecil-kecil cabe rawit. Jika mengabaikan kondisi busi yang tidak sehat bahkan rusak, berisiko merembet ke komponen yang lain. Pada akhirnya, bikin sakit kepala.
(uda)