Autogear.id - Seorang kepala mekanik terkadang sangat jarang menjadi sorotan para penonton atau pemerhati balap MotoGP. Hanya beberapa kepala mekanik yang mendapat sorotan lantaran mereka bekerja dengan pembalap ternama seperti Valentino Rossi dengan Jeremy Burgess-nya dan Jorge Lorenzo dengan Ramon Forcada.
Namun tahun lalu, kepala mekanik yang berhasil mencuri perhatian adalah mantan kepala mekanik Jorge Lorenzo yaitu Forcada. Pria paruh baya itu bekerja sama dengan setidaknya lima pembalap hanya dalam satu musim. Diceritakan oleh Motomatters dalam wawancara eksklusifnya bersama Forcada, bahwa musim 2021 adalah musim yang sangat menantang baginya.
Bukan hanya pembalap berpengalaman, bahkan pembalap dari kategori berbeda pun bekerja sama dengannya hanya dalam beberapa seri. Ceritanya bermula dari saat Franco Morbidelli mengalami kecelakaan dan harus absen beberapa seri.
Yamaha pun memasukkan beberapa pembalap untuk menjajal kemampuan para pembalap itu di ajang balap MotoGP. Berawal dari Garret Gerloff yang diambil Yamaha dari ajang balap World Superbike sekaligus menjadi pembaap kedua yang bekerja sama dengan Forcada di musim tersebut.
Baca Juga:
Relaksasi PPnBM Berlaku, Harga Sigra dan Ayla Turun Hingga Rp4 Juta
Namun ternyata cedera yang dirasakan Morbidelli malah berkepanjangan dan membuat Yamaha memasukkan Cal Crutchlow sebagai pembalap ketiga yang kerja sama dengan Forcada. Crutchlow hanya terpasang 2 seri di Austria dan terjadilah perubahan besar di tubuh Yamaha. Diakhirinya kontrak Maverick Vinales di tim pabrikan menjadikan posisinya kosong dan Morbidelli didaulat menjadi pengganti.
Hal ini meninggalkan posisi kosong di tim Yamaha Petronas SRT dan keputusan Yamaha adalah Jake Dixon yang murni pembalap rookie dan tak punya pengalaman. Dan pembalap terakhir yang bekerja sama dengan Forcada hingga akhir musim adalah Andrea Dovizioso. Ini sekaligus menjadi ajang adaptasi untuk target besar di 2022.
Pertanyaannya adalah bagaimana Forcada menyesuaikan diri dengan para pembalap yang berbeda karakter itu dari seri ke seri? Ia menjelaskan bahwa mayoritas masalah datang dari pembalap yang tak punya pengalaman sama sekali menggunakan motor MotoGP.
"Mereka akan sulit memahami bagaimana cara kerja ban Michelin, pertama kali menggunakan sistem pengereman carbon dan juga baru pertama kali mengendarai motor ini. Jadi ini akan sangat menyulitkan. Belum lagi mereka harus beradaptasi dengan semua panel dan kontrol yang ada di motor, sementara ta ada waktu untuk beradaptasi lebih banyak. Jadi itu tak memungkinkan," papar Forcada.
Ia menjelaskan bahwa hal yang menjadi masalah adalah dari pembalap Moto2 naik ke MotoGP. Mereka dipaksa tampil untuk beradaptasi dengan cepat, sementara kesempatannya cuma satu seri. Maka di sinilah hasilnya akan menjadi hasil buruk.
"Bagi saya, memberikan kesempatan kepada para pembalap di kategori bawah untuk menjajal motor MotoGP, rasanya bukan hal yang baik. Selain mereka tak bisa menunjukkan performa terbaiknya, mereka juga cuma diberikan kesempatan sekali saja."
(uda)